
Bermukim di pinggiran sungai membuat sebagian warga berupaya agar tidak menjadi korban banjir. Satu di antaranya adalah dengan membangun rumah dua lantai. Seperti yang dilakukan oleh Astrid, warga Desa Lowu 2 Kecamatan Ratahan Timur.
"Rumah ini didirikan orangtua saya beberapa tahun lalu karena kami sering jadi korban banjir," kata Astrid.
"Rumah ini didirikan orangtua saya beberapa tahun lalu karena kami sering jadi korban banjir," kata Astrid.
Dikatakannya, orangtuanya tak mau dirinya terus menerus menjadi korban banjir, makanya dibuatkanlah rumah anti bencana. "Ia mencari kayu terbaik, konstruksinya mirip rumah adat, dengan bagian bawah dari beton," ujarnya.
Sepeninggal ayahnya, tinggal Astrid dan suaminya yang menghuni rumah itu. Bencana banjir terus datang, bahkan kian parah. Pada bencana akhir tahun lalu, kenangnya, tinggi air mencapai tiga meter, sejumlah rumah hanyut, sekeluarga mereka berdiam di lantai dua rumah. "Air tinggi sekali," kata dia.
Ia menyebut, beberapa barangnya yang disimpan di tingkat satu ludes.
Begitu pula, kandang ayam di halamannya. "Namun saya bersyukur bisa selamat, ini semua karena papa," tandansya. *
Begitu pula, kandang ayam di halamannya. "Namun saya bersyukur bisa selamat, ini semua karena papa," tandansya. *
TRI